Minggu, 14 Mei 2017

Membandingkan kerangka pengendalian internal: 1. COSO internal control integrated framework; 2. COSO enterprise risk management; dan 3. COBIT

Membandingkan kerangka pengendalian internal: 1. COSO internal control integrated framework; 2. COSO enterprise risk management; dan 3. COBIT 


Makalah

Untuk memenuhi tugas SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL

Jurusan: Magister Akuntansi


Disusun oleh:
Yenny Farlina Yoris (55516120048)


Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM. CMA




Hasil gambar untuk logo mercu buana



MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

May 2017


ABSTRACT

Manajemen risiko korporasi (MRK), atau dikenal dengan singkatan bahasa Inggris ERM (enterprise risk management), adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direkturmanajemen, dan personel lain dalam perusahaan, yang diterapkan pada tataran strategis dan menyeluruh, yang dirancang untuk mengidentifikasi potensi peristiwa yang dapat memengaruhi perusahaan dan untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran perusahaan. MRK menyediakan kerangka kerja manajemen risiko, yang umumnya melibatkan proses identifikasi peristiwa yang dapat berpengaruh terhadap sasaran perusahaan (risiko dan peluang), penilaian kemungkinan dan dampak peristiwa tersebut, penentuan strategi tanggapan, serta pemantauan pelaksanaan tanggapan tersebut. Salah satu kerangka kerja MRK yang terkenal adalah COSO ERM.

















BAB I
PENDAHULUAN

Dimanapun wilayahnya dunia usaha selalu selalu diliputi dengan ketidakpastian yang dipenuhi dengan berbagai risiko yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.  Suatu kegiatan tidak hanya memiliki satu jenis risiko saja, tetapi dapat menyebabkan risiko-risiko lain. Misalnya sebuah permasalahan hukum yang dihadapi oleh perusahaan tidak hanya memiliki risiko hukum semata, tetapi juga memiliki risiko reputasi pada saat yang bersamaan. Karenanya menjadi penting untuk menerapkan sebuah konsep penanganan risiko secara menyeluruh dan terintegrasi satu sama lain. Konsep tersebut adalah konsep yang kita kenal dengan istilah Enterprise Risk Management Integrated Framework yang diterbitkan oleh The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).
Pada dasarnya Enterprise Risk Management merupakan sebuah proses yang diterapkan dalam penentuan strategi perusahaan, didesain untuk mengidentifikasi kemungkinan yang potensial yang mungkin mempengaruhi entitas (perusahaan), dan mengelola risiko-risiko dan kecenderungan risiko yang mungkin terjadi, untuk menyediakan jaminan yang layak mengenai pencapaian tujuan entitas. Definisi ini dikemukakan dalam COSO Framework.
Manfaat dari penerapan Enterprise Risk Management adalah meningkatkan kemampuan sebuah perusahaan untuk dapat menyelaraskan risk appetite dengan strategi dan arah kebijakan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan dalam merespon risiko. ERM juga dapat mengidentifikasi dan mengelola risiko secara menyeluruh dan karenanya dapat meminimalisasi kejutan dan kerugian operasional. Perlu diingat bahwa ERM bukanlah sebuah tujuan, melainkan sarana untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan. Jadi tugas unit manajemen risiko tidaklah selesai dengan hanya sebatas telah memiliki sistem Enterprise Risk Management.



BAB II
PEMBAHASAN

Ada beberapa elemen dari enterprise risk management integrated framework. Yang pertama adalah lingkungan internal sebuah perusahaan. Hal ini menjadi penting karena pada dasarnya sistem manajemen risiko didesain oleh lingkungan internal perusahaan (dalam hal ini manajemen dan karyawan). Lingkungan internal terdiri dari banyak elemen, termasuk dari nilai yang dianut didalam sebuah perusahaan, kompetensi dari sumber daya manusianya, gaya kepemimpinan, mekanisme pengambilan keputusan, pola penentuan wewenang dan tanggung jawab. Hal ini akan mempengaruhi seperti apa risk appetitenya, tingkat risk tolerancenya, seperti apa budaya risikonya dan bagaimana nantinya enterprise risk management akan diimplementasikan.
Elemen kedua adalah penentuan tujuan dimana tujuan harus ada sebelum manajemen perusahaan dapat mengidentifikasi risiko-risiko yang ada. Hal ini didasarkan karena pada dasarnya manajemen risiko adalah upaya memitigasi risiko agar perusahaan dapat mencapai tujuannya. Tujuan-tujuan tersebut dapat dikategorikan dalam 4 jenis, yakni tujuan strategis, operasi, pemenuhan dan tujuan pelaporan. Hal ini memungkinkan jajaran Direksi dan Dewan Komisaris untuk berpusat pada aspek-aspek yang berbeda dalam enterprise risk management.
Elemen yang ketiga adalah identifikasi kejadian risiko. Jajaran Direksi dan Manajemen dapat mempertimbangkan berbagai faktor internal dan eksternal. Teknik identifikasi kejadian risiko dapat dilakukan dengan analisa trend atau analisa historikal (masa lalu), serta proyeksi ke depan. Hal ini memungkinkan untuk dapat mengelompokkan peristiwa-peristiwa potensial kedalam berbagai kategori.
Dengan kita dapat mengidentifikasi kejadian risiko, kita dapat melakukan risk assessment –yang menjadi elemen kelima- dimana perusahaan dapat memprediksi seberapa besar potensi sebuah kejadian risiko dapat mempengaruhi pencapaian tujuan.
Setelah kita melakukan identifikasi dan penilaian, barulah kemudian kita dapat menentukan respon yang tepat untuk setiap risiko dalam menentukan toleransi risiko dan pengeluaran yang diperlukan sertu menerapkan pilihan dari berbagai alternatif-alternatif yang ada. Beberapa kategori dalam merespon risiko adalah risk evasion (menghindari risiko), risk reduction (mengurangi risiko), risk acceptance (menerima risiko) dan sharing risk (mengurangi dengan membagi risiko kepada pihak lain).
Aktivitas kontrol dan komunikasi adalah elemen selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam COSO framework. Aktivitas kontrol diperlukan untuk dapat membantu memastikan bahwa respon terhadap risiko telah dijalankan dengan memadai. Aktivitas kontrol ini melibatkan dua elemen yakni menyusun kebijakan dan menyusun prosedur serta dengan membangun sebuah sistem yang terintegrasi.

Model penerapan ERM yang akan diuraikan berikut adalah diadopsi dari kasus penerapan ERM PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) yang menjalankan usaha penjaminan sekaligus usaha asuransi dengan framework COSO (Committe of Sponsoring Organization).
          PT Asuransi Kredit Indonesia adalah suatu entitas bisnis di Indonesia yang unik dan mungkin satu-satunya di Indonesia yang dapat mengkolaborasi secara baik antara usaha berorientasi profit dengan berorientasi public service dalam bentuk usaha penjaminan dan asuransi. PT Askrindo dikatakan menjalankan usaha asuransi karena regulasi di Indonesia masih menganggap bahwa surety bond, customs bond, asuransi kredit perdagangan dan penjaminan kredit tergolong dalam usaha asuransi walaupun skim yang digunakan adalah skim penjaminan. Saat ini regulasi penjaminan masih pada tarap peraturan pemerintah atau keputuasan menteri keuangan sedangan regulasi setingkat Undang-Undang sedang dalam proses penyusunan. Disatu sisi PT Askrindo berusaha mendukung program pemerintah mengembangkan UMKM dengan karateristik usaha yang cenderung merugi, namun di sisi lain PT Askrindo dituntut untuk memperoleh profit dengan menjalankan usaha penjaminan dan asuransi dalam bentuk diversifikasi produk yang meliputi produk surety bond, customs bond, asuransi kredit perdagangan (Askredag) dan reasuransi. Demikian kompleks usaha yang dijalankan oleh PT Askrindo dan untuk memenuhi tuntutan regulator yang mewajibakan perusahaan BUMN memiliki unit manajemen risiko, PT Askrindo mulai taun 2010 harus dan sudah mulai menerapkan Enterprise Risk Management (ERM) dengan pendekatan kaidah-kaidah dan prinsip penjaminan dan asuransi.

FUNGSI DAN MANFAAT ERM
Penerapan ERM di perusahaan penjaminan memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:

1. Peningkatan efektifitas organisasi
Adanya koordinasi yang lebih baik antara beberapa fungsi pengelolaan risiko serta meningkatkan ruang lingkup pengelolaan risiko (meningkatkan efisiensi proses pengelolaan risiko secara terintegrasi yaitu mencakup semua bisnis dan organisasi serta mencakup semua jenis risiko yang dihadapi). Pengelolaan risiko secara terintegrasi ini akan memperbesar peluang pencapaian tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan value perusahaan.
2. Meningkatkan ketahanan Organisasi
Penerapan ERM akan memberikan perusahaan suatu langkah antisipasi/mitigasi risiko dalam menghadapi berbagai risiko yang akan dihadapi perusahaan (corporate risk) sehingga memberikan early warning system yang efektif dalam menghadapi keadaan yang tersulit bagi perusahaan.
3. Mendukung dan meningkatkan kualitas penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance (GCG)). ERM adalah salah satu pilar penting dalam mendukung terciptanya GCG.
4. Adanya sinergi antara strategi perusahaan dan tingkat risiko yang diterima (Risk Appetite) untuk mencapai tujuan (improved outcomes).
5. Mendorong manajemen yang proaktif dan bukan reaktif.
6. Meningkatkan keselamatan dan pencegahan insiden
7. meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan

FRAMEWORK ERM
Enterprise Risk Management (ERM) merupakan suatu proses yang melibatkan perusahaan, termasuk BOD, manajemen, dan seluruh karyawan Perusahaan dalam mengidentifikasi suatu kejadian atau potensi kejadian yang menimbulkan suatu dampak (kerugian) , mengelolanya secara komprehensif dalam besaran / ukuran yang dapat diterima oleh perusahaan, serta untuk memastikan pencapaian tujuan perusahaan. Di berbagai usaha ekonomi di dunia dikenal berbagai macam kerangka kerja penerapan ERM yang sesuai dengan sudut pandang pengelolaan risiko dan sosial budaya suatu bangsa. Model kerangka kerja ERM yang digunakan oleh berbagai industri sampai saat ini adalah BS, British Standarts – IRGC (BS6079-3) (2000), International Risk Governance Council (IRGC) 2004, COSO (Committee of Sponsoring Organizations), AS/NZ, Australia & New Zealand Standart (AS/NZS) 4360, ISO (International Standarts Organization) 31000 (2009). Perbedaan kerangka kerja ERM dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Penerapan ERM adalah suatu proses yang dilakukan secara terus menerus, terintegrasi  dan melibatkan seluruh karyawan dalam mengelola risiko sehingga dapat memperbesar peluang pencapaian tujuan. Proses manajemen risiko yang pokok dilakukan dalam ERM adalah proses identifikasi, pengukuran, pemetaaan dan mitigasi risiko. Proses manajemen risiko lain yang tak kalah pentingnya adalah proses monitoring, komunikasi, pelaporan dan pengendalian manajemen risiko. Untuk melaksanakan proses manajemen risiko tersebut diperlukan suatu sistem dan sumber daya yang relatif cukup baik yang bersifat teknologi maupun manual.

ROAD MAP ERM
          Rencana jangka panjang penerapan ERM harus ditetapkan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memperoleh arah, strategi yang jelas dan target yang akan dicapai perusahaan pada periode tertentu. Rencana penerapan ERM dapat dijabarkan tiga tahunan atau lima tahunan dalam bentuk Road Map sesuai dengan kapasitas perusahaan dan perkiraan perubahan lingkungan. Kualitas perumusan rencana jangka panjang ERM menentukan perjalanan keberhasilan penerapan ERM perusahaan sehingga dalam perumusannya harus dipertimbangkan secara cermat dan matang berbagai aspek yang berkaitan dengan kapasitas perusahaan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal selama periode Road Map. Tujuan akhir penerapan ERM pada rencana jangka panjang pertama dapat berupa penerapan ERM menjadi budaya risiko perusahaan dalam proses bisnis dan pendukungnya yang dapat meningkatkan value perusahaan.


PENERAPAN ERM DALAM USAHA PENJAMINAN
          PT Askrindo sejak pertengahan tahun 2010 telah memiliki elemen implementasi ERM yang relatif lengkap dan jajaran manajemen termasuk BOD telah memberikan komitmen atas penerapan ERM di perusahaan. Disamping itu, PT Askrindo juga telah memiliki Risk Contact Person atau Risk Champion di seluruh unit kerja baik di kantor Pusat maupun Kantor Cabang untuk mendukung implementasi ERM dengan bantuan sistem informasi manajemen risiko berbasis Web.
          Penerapan ERM di PT Askrindo yang bergerak pada usaha penjaminan merupakan perusahaan pioner yang menerapkan ERM dalam usaha penjaminan di Indonesia dan dapat dikatakan baru satu-satunya ERM berkarakteristik usaha penjaminan di Indonesia. 
          Konsep manajemen risiko yang diterapkan adalah berwawasan dan berprinsip pada manajemen risiko korporat terintegrasi. Manajemen risiko korporat terintegrasi adalah suatu proses pengelolaan risiko yang dimulai dari proses identifikasi, pengukuran, pemetaan, mitigasi dan evaluasi serta monitoring yang melibatkan manajemen perusahaan dalam proses penentuan strategi di seluruh unit kerja secara terintegrasi. Konsep manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa (events) yang berpengaruh negatif bagi perusahaan dan mengelola risiko agar selalu berada di dalam batas toleransi manajemen risiko. 
          Dengan demikian manajemen selalu memiliki keyakinan yang memadai bahwa sasaran perusahaan akan dapat dicapai tanpa halangan dan ancaman yang signifikan.
Manajemen perusahaan akan meningkatkan seoptimal mungkin nilai perusahaan melalui:

• Penetapan strategi dan sasaran-sasaran yang menghasilkan keseimbangan optimal antara target pertumbuhan, keuntungan dan risiko-risiko inherennya.
• Pemanfaatan seluruh sumber daya yang tersedia secara efisien dan efektif untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan.

Untuk mencapai tujuan perusahaana di atas, manajemen membangun dan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam tata nilai dan proses bisnis dengan berpedoman kepada prinsip-prinsip dasar:
a. Penyelarasan antara toleransi risiko dengan strategi manajemen akan selalu memperhitungkan dan mempertimbangkan toleransi risiko perusahaan di dalam menetapkan berbagai alternatif strategi bisnis, target bisnis, dan pengembangan mekanisme pengelolaan risiko.
b. Secara berkelanjutan meningkatkan kualitas kesadaran atas suatu risiko dan menciptakan budaya risiko.
c. Mereduksi ke tingkat serendah mungkin kejutan-kejutan dan kerugian-kerugian yang bisa mempengaruhi keputusan operasional perusahaan.
d. Secara konsisten mengidentifikasi dan mengelola multi risiko serta risiko-risiko antar unit kerja. Perusahaan akan menghadapi berbagai bentuk risiko yang banyak, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi berbagai kegiatan unit kerja dalam melakukan kegiatan operasional. Oleh karena itu, perusahaan mengaplikasikan manajemen risiko agar mampu memfasilitasi penentuan respon yang efektif atas dampak-dampak yang saling berkaitan dan penetapan respon-respon yang terintegrasi atas multi risiko.
e. Menangkap peluang dengan mengetahui berbagai risiko yang potensial, manajemen akan berada dalam posisi mudah mengidentifikasikan dan secara proaktif menangkap kemungkinan terjadinya risiko di perusahaan.
f. Meningkatkan kualitas dan efektifitas pemanfaatan sumber daya perusahaan dengan tersedianya beragam informasi risiko yang lengkap dan akurat akan membantu manajemen secara efektif mengukur kemungkinan risiko yang terkait dengan bisnis perusahaan.

TAHAPAN AWAL PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO 
Pada awal pembangunan sistem dan mekanisme ERM, tahapan penerapan ERM dilakukan 3 tahapan kegiatan seperti berikut:


Gambar 3. Tahapan Awal Penerapan Manajemen Risiko

Ketiga tahap kegiatan tersebut dapat dijabarkan lebih rinci dalam langkah-langkah penerapan ERM sebagai berikut berikut:
1) Mengidentifikasi semua risiko yang terkait
2) Merancang kriteria risiko dan sub kriteria risiko
3) Merancang sistem kontrol manajemen risiko dan membentuk Risk Owner
4) Melakukan asesmen terhadap risiko residual bersama Risk Owner
5) Menyusun detail kegiatan risiko yang signifikan untuk dikurangi
6) Melaporkan risiko signifikan kepada manajemen beserta saran mitigasinya
7) Mengalokasikan sumber daya untuk melakukan mitigasi risiko yang signifikan
8) Memantau proses mitigasi dan perkembangan mitigasi risiko signifikan.
9) Mengevaluasi pengelolaan risiko dan analisa hasil kegiatan mitigasi risiko
10) Menyusun pengelolaan risiko dalam kesepakatan karya (Key Performance Indicator (KPI))

Jika digambarkan dalam bentuk bagan, maka langkah-langkah Penerapan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:


Gambar 4. Langkah-Langkah Penerapan ERM

Setelah mempersiapkan elemen implementasi ERM seperti diatas maka langkah selajutnya melakukan pengelolaan risiko secara terus menerus sesuai dengan kerangka kerja ERM yang telah ditetapkan dengan berbasis sistem komputerisasi.










DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar